Latar Belakang Masalah
Apa masalahnya? Berawal dari ramai nya pembicaraan mengenai kata Insya Allah dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Kata insya Allah dalam bahasa Arab tertulis seperti ini (إِنْ شَاءَ الله). Lalu bagaimana transliterasi atau penulisan ke dalam bahasa Indonesia nya yang benar dan baik?
Mulai lah terjadi diskusi. Awalnya dulu sudah lumrah menulis kata tersebut dengan "Insya Allah". Namun entah mengapa kemudian muncul pendapat-pendapat yang memberikan pandangan lain. Ada yang mengatakan jika dikatakan "Insya Allah" maka tulisannya bukan (إِنْ شَاءَ الله) melainkan (إِنْشَاءَ الله).
Perubahan ini mengandung perubahan arti juga. Jika (إِنْ شَاءَ الله) artinya "Jika Allah menghendaki", maka (إِنْشَاءَ الله) artinya "menumbuhkan Allah". Penulisan "Insya Allah" ditolak oleh mereka yang berpendapat mengenai perbedaan arti tersebut. Daripada ditulis "Insya Allah", seharusnya ditulis "In Sya'a Allah"
Selain itu, ada juga yang mengatakan mengenai penulis huruf (ش) nya. Yang awalnya ditulis dengan "sy" diganti dengan "sh". Kata "Insya Allah" menjadi "Insha Allah". Dari sini berarti setidaknya muncul 4 model penulisan yakni "Insya Allah", "In Sya'a Allah", "Insha Allah", dan "In Sha'a Allah".
Lalu manakah penulisan kata (إِنْ شَاءَ الله) yang benar dan baik? Semuanya benar. Jawaban yang cukup diplomatis, bukan? Sependek pengetahuan penulis, dari keempat kata tersebut semuanya benar karena si pengucap kata tersebut tentu bertujuan mengucapkan kata aslinya yaitu (إِنْ شَاءَ الله).
Terlepas dari perbedaan penulisan dalam bahasa Indonesia, itu tidak merubah substansi dari penulisan bahasa Arab sendiri. Karena permasalahan nya terletak dalam ranah transliterasi (perubahan penulisan dari satu bahasa ke bahasa lainnya), bukan penulisan arab nya secara langsung.
Karena masalahnya ada di dalam transliterasi, maka keempat kata tadi bisa dipakai asalkan itu sesuai dengan transliterasi yang biasa dilakukan. Contoh lain, coba cek transliterasi masing-masing kampus apakah sama semua dalam metode transliterasi. Beda-beda, bukan? Jadi, tidak perlu khawatir.
Tidak perlu saling menyalahkan atau merasa paling benar. Jangan. Itu tidak baik. Terserah Anda menggunakan pilihan kata transliterasi yang mana saja. Ini baru kata (إِنْ شَاءَ الله), bagaimana jika kata bahasa Arab lainnya?
Nah, dalam artikel kali ini, penulis akan memaparkan kalimat bahasa Arab apa saja yang telah menjadi serapan dalam bahasa Indonesia. Apa fungsinya? Kegunaan nya supaya diketahui bahwa kata itu sudah menjadi serapan dan menjadi bahasa Indonesia. Jadi seperti kata (إِنْ شَاءَ الله) tadi, mungkin penulis akan memilih penulisan yang sesuai dengan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
1. Insya Allah atau In Sha'a Allah?
Tadi sudah sempat dibahas mengenai penulisan kata (إِنْ شَاءَ الله) muncul 4 pilihan penulisan. Lalu bagaimana penulisan (إِنْ شَاءَ الله) dalam KBBI? Dalam KBBI, penulisan kata (إِنْ شَاءَ الله) adalah "insyaallah".
Dalam KBBI dijelaskan makna kata "insyaallah" adalah
p Isl : ungkapan yang digunakan untuk menyatakan harapan atau janji yang belum dipenuhi (maknanya 'jika Allah menghendaki').
Maksud dalam KBBI mengenai 'p' maksudnya partikel, sedangkan 'Isl' adalah Islam. Jadi sudah tahu kan bagaimana penulisan (إِنْ شَاءَ الله) dalam KBBI. Sekarang terserah Anda pilih yang mana, bisa "insyaallah" (Insyaallah bisa, InsyaAllah bisa), "Insya Allah", "In Sya'a Allah", "Insha Allah", dan "In Sha'a Allah". Penulis sendiri, untuk saat ini, menggunakan penulisan sesuai KBBI yakni insyaallah.
2. Amar Ma'ruf Nahi Munkar atau Amar Makruf Nahi Mungkar?
Kata amar ma'ruf nahi munkar seringkali kita dengar. Biasanya digunakan istilah ini untuk penyebutan untuk memerintahkan perbuatan baik dan melarang perbuatan buruk. Penulisannya yang biasa muncul antara amar ma'ruf nahi munkar dan amar makruf nahi mungkir. Bagaimana dengan KBBI? KBBI menulis amar makruf nahi mungkar
Isl perintah untuk mengerjakan perbuatan yang baik dan larangan mengerjakan perbuatan keji (biasa digunakan untuk hal-hal yang sifatnya menyatakan perintah dan larangan Allah swt)
Jadi, silahkan memilih yang biasa menulis "amar ma'ruf nahi munkar" atau "amar makruf nahi mungkar". Mana yang penulis pilih? Dua-duanya sering dipakai. Karena dalam bahasa Arab penulisannya biasa amar ma'ruf nahi munkar. Yang tidak dipakai penulis adalah penggabungannya, misal amar ma'ruf nahi mungkar.
3. Isra Mi'raj atau Isra Mikraj?
Kalimat selanjutnya yang biasa digunakan dan menjadi istilah dalam suatu perayaan Islam adalah Isra Mi'raj. Apakah penulisan Isra Mi'raj sudah sesuai KBBI? Ataukan KBBI memiliki kata serapan yang berubah dari kata tersebut? Jawabannya adalah Isra Mikraj
Isl peristiwa perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa, langsung ke Isdratulmuntaha (di langit ke tujuh) pada malam hari untuk menerima perintah salat lima waktu
Penulis sendiri biasa memakai yang pertama yakni Isra Mi'raj. Namun setelah melihat KBBI, selanjutnya mungkin akan memakai kata Isra Mikraj. Isra Mi'raj sendiri kalau ingin lebih mengikuti bahasa Arab seharusnya ditambahkan menjadi Isra` Mi'raj.
4. Lailatulkadar atau Lailatulqadar?
Berikutnya adalah salah satu malam yang ada di dalam bulan Ramadhan, yang biasa disebut dengan Lailatul Qadar. Lalu bagaimana penulisan Lailatul Qadar dalam KBBI? Apakah berubah menjadi lailatulqadar? Ternyata di dalam KBBI terdapat dua istilah yakni lailatulkadar dan lailatulqadar.
Lailatulkadar : n Isl malam turunnya wahyu Allah (yakni pada malam gasal bulan puasa sesudah tanggal 20), yang apabila seseorang beramal kebaikan pada mala itu, pahalanya akan dilipatgandakan setara dengan beramal seribu bulan; malam kemuliaan
Lailatulqadar : n Isl malam turunnya wahyu Allah (yakni pada malam gasal bulan puasa sesudah tanggal 20), yang apabila seseorang beramal kebaikan pada mala itu, pahalanya akan dilipatgandakan setara dengan beramal seribu bulan; malam kemuliaan
Demikian artikel singkat berjudul "Kalimat Arab dalam Serapan Bahasa Indonesia". Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar